Laman

Jumat, 20 Mei 2011

Ginjal

Ginjal yang kita miliki merupakan organ yang memiliki fungsi sangat vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi dalam tubuh. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh berbagai hal, mulai dari infeksi saluran kemih hingga penyakit ginjal kronik. Bagaimana bila ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula?
 

Fungsi dan Struktur Ginjal
Seputar Fungsi Ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih
Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh.
 
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus – sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin.




Bila Ginjal Rusak
Ginjal bisa gagal melakukan fungsi pentingnya akibat gangguan pada pembuluh darah atau di unit penyaringnya, antara lain:
  • Gangguan Pada Pembuluh Darah
        Penyakit dapat merusak pembuluh-pembuluh darah dalam ginjal. Akibatnya, darah yang diterima unit penyaring menjadi lebih sedikit, dan tekanan dalam ginjal tidak bisa dikendalikan.

  • Gangguan Pada Unit Penyaring
        Berkurangnya suplai darah atau tekanan yang terganggu dapat mengganggu unit penyaring, sehingga bisa mengganggu kemampuan unit ini untuk membuang zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi. Akibatnya, ginjal tidak bisa mempertahankan keseimbangan antara cairan dan zat-zat kimia di dalam tubuh sehingga zat-zat buangan tadi bisa kembali masuk lagi ke dalam darah, atau mungkin zat kimia yang penting dan protein akan ikut keluar bersama urin.




Penyakit Ginjal Kronik
Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, yang dapat memicu timbulnya Penyakit Ginjal Kronik, antara lain:
 
1. Diabetes
Bila mengalami diabetes berarti tubuh tidak bisa optimal dalam hal merubah makanan menjadi energi yang dibutuhkan sehingga kadar gula darah dapat meningkat. Kondisi gula darah yang meningkat berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah dan ginjal.
Bila sudah meningkat, dapat menimbulkan gejala-gejala seperti:
  • rasa haus meningkat
  • penglihatan kabur
  • sering berkemih
  • berat badan menurun tanpa alasan yang jelas
  • luka yang lama sembuh
  • merasa lapar
  • lemah
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah yang mengalir dalam pembuluh darah arteri. Tekanan yang tinggi ini bila berlangsung terus menerus dapat merusak atau mengganggu pembuluh-pembuluh darah kecil dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah

Pada umumnya, bagi orang dewasa atau berusia 18 tahun ke atas, tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih, dapat dikatakan sebagai keadaan hipertensi. Sedangkan bagi Anda penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik, tekanan darah 130/80 mmHg atau lebih sudah dikatakan sebagai hipertensi.
Dengan mengontrol tekanan darah akan membantu memperlambat kerusakan ginjal. Untuk mengatasi masalah hipertensi, konsultasikan dengan dokter Anda.
3. Batu Ginjal
Batu yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses presipitasi (kristalisasi bahan-bahan yang terlarut) yang terkandung di dalam urin. Biasanya batu ini dapat berpindah ke melalui ureter (saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih) dan dikeluarkan lewat urin bila berukuran kecil.
Namun kadangkala, batu yang berukuran terlalu besar tidak bisa keluar begitu saja lewat urin. Bila hal ini terjadi maka menimbulkan rasa sakit dan mungkin dapat menimbulkan obstruksi (sumbatan) akibat terhambatnya aliran urin keluar.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diet tertentu, obat-obatan dan kondisi-kondisi tertentu akibat meningginya zat-zat lain dalam urin, misalnya asam urat.
Gejala batu ginjal, antara lain:
  • rasa sakit pada bagian belakang atau sisi tubuh
  • darah dalam urine
  • muntah
  • demam
  • sering berkemih atau ingin berkemih
  • rasa nyeri saat berkemih
Keluar tidaknya batu ginjal dengan sendirinya tergantung pada lokasi, besar, bentuk dan komposisi. Ukuran batu yang kecil dengan bentuk licin atau bulat dapat keluar dengan sendirinya. Namun bila bentuknya bermacam-macam, misalnya dengan tepi yang tajam atau ukuran yang terlalu besar yang memenuhi seluruh bagian ginjal, tentu memerlukan terapi tertentu guna mengeluarkannya.
Bila batu ginjal berpindah ke bagian pelvis ginjal, dapat menyumbat aliran urin dan ginjal pun dapat membengkak, sehingga dapat mengganggu kerja ginjal.
4. Infeksi dan Radang
Infeksi atau radang pada saluran kemih (ISK) dapat terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter serta ginjal. Bakteri ini biasanya masuk melalui uretra dan masuk ke kandung kemih.

Kondisi ini dapat menyebabkan saluran kemih menjadi merah, bengkak dan rasa nyeri. Jika infeksi ini tidak diatasi dengan baik, bakteri dapat memasuki ginjal sehingga menimbulkan jenis infeksi yang lebih serius yaitu pyelonefritis (peradangan pada ginjal yang dapat meluas mengenai unit penyaring dan pembuluh darah).
 
Gejala ISK ini antara lain:
  • keinginan berkemih, kadang urin hanya berbentuk sedikit atau menetes
  • rasa seperti terbakar saat berkemih
  • urin berwarna keruh atau bercampur darah
  • bau urin sangat menyolok
Bila infeksi ini sudah menyebar ke ginjal, dapat menyebabkan rasa sakit/nyeri pada punggung bagian bawah disertai dengan demam, mual dan muntah.
5. Glomerulonefritis

Selain ISK Glomerulonefritis yang tidak segera diatasi juga dapat mengganggu kerja ginjal nantinya. Glomerulonefritis timbul akibat adanya peradangan yang merusak bagian ginjal yang menyaring darah (glomerulus) sehingga glomerulus ini tidak bisa lagi menyaring zat-zat yang sudah tidak terpakai oleh tubuh dan cairan yang berlebihan ke dalam aliran darah untuk membentuk cairan urin.
Glomerulonefritis akut biasanya sering disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus atau infeksi pada tenggorokan atau kulit. Glomerulonefritis yang ringan biasanya tanpa gejala dan diagnosanya ditegakkan melalui pemeriksaan darah dan urin di laboratorium. Sedangkan yang sudah berat, dapat menimbulkan gejala fatigue (lelah), mual.muntah, sesak napas, gangguan penglihatan, tekanan darah tinggi, bengkak (terutama pada wajah, tangan, kaki dan pergelangan kaki), dan adanya darah/protein pada urin yang membuat warna urin menjadi kemerahan atau keruh.

6. Penyalahgunaan Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang dapat membahayakan kerja ginjal, yaitu:
  • Obat penghilang/pereda rasa sakit. Ginjal dapat rusak bila Anda mengkonsumsi obat-obat bebas ini dalam jumlah yang berlebihan dalam jangka waktu lama, seperti aspirin, asetaminofen dan ibuprofen. Gunakan obat-obat ini sesuai dengan anjuran dokter.
  • Antibiotika.
  • Obat-obatan terlarang. Contoh obat jenis ini antara lain heroin, kokain, ekstasi dan marijuana, bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, stroke, gagal jantung dan bahkan kematian.
  • Alkohol. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko timbulnya gagal ginjal dan gagal fungsi hati.
Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronis
Gejala PGK
Pada stadium awal, penyakit yang menyerang ginjal tidak menimbulkan gejala. Seiring dengan waktu, kemampuan tubuh untuk membuang ‘sampah’ semakin menurun. Bila hal ini terjadi, gejala-gejala lain yang mungkin timbul adalah:
  • merasa lelah dan tidak berenergi
  • gangguan berkonsentrasi
  • nafsu makan menurun     
  • sulit tidur
  • kulit terasa kering dan gatal
  • kram otot pada malam hari
  • pembengkakan pada pergelangan kaki/tangan
  • pembengkakan seputar mata pada pagi hari
  • sering berkemih, terutama di malam hari
Klasifikasi Stadium PGK

Perjalanan penyakit ginjal kronik dapat dicegah atau ditunda dengan cara deteksi dini dan terapi yang tepat. Stadium awal penyakit ginjal kronik dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin sesuai dengan anjuran dokter.
Ada tidaknya penyakit ginjal kronik ini dapat ditetapkan berdasarkan adanya kerusakan ginjal atau tingkat fungsi ginjal yaitu dengan mengukur laju filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR).

Menurut National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (NKF-K/DOQI), dapat dibagi menjadi:
I. Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal atau meningkat. Nilai GFR ≥ 90 mL/min/1,73 m2.
II. Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR 60-89 mL/min/1,73 m2.
III. Kerusakan ginjal sedang dengan penurunan nilai GFR 30-59 mL/min/1,73 m2.
IV. Kerusakan ginjal berat dengan penurunan nilai GFR 15-29 mL/min/1,73 m2.
V. Gagal ginjal terminal (stadium akhir), dengan nilai GFR < 15 mL/min/1,73 m2.

TERAPI PENGGANTI GINJAL
Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan
Terapi Pengganti Ginjal, yaitu:
DIALISIS
 
Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis dialisis:
  1. Hemodialisis (Cuci Darah dengan Mesin Dialiser)
Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Pembuatan "Akses" untuk HD Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkan akses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer (sementara) atau permanen.

Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher.
Akses permanen biasanya dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena) dengan pembuluh nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model Fistula ini populer dengan nama Cimino.
2. Dialisis Peritoneal (Cuci Darah Melalui Perut)
 

Transplantasi Ginjal (Cangkok Ginjal)

Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.
Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.
Bagaimana Cara Kerja Transplantasi Ginjal?
 
Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6 jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring
Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.
Pasca Transplantasi Ginjal
 
Transplantasi Ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal tersebut dapat bekerja sebagai ‘penyaring darah’ sebagaimana layaknya ginjal sehat sehingga tidak lagi memerlukan tindakan Dialisis (cuci darah).
Mencegah Reaksi Penolakan (Rejeksi) terhadap Ginjal 'Baru'
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar